1. Konsentrasi
Dalam suatu reaksi semakin besar konsentrasi zat reaktan, akan semakin mempercepat laju reaksinya. Dengan bertambahnya konentrasi zat reaktan jumlah partikel-partikel reaktan semakin banyak sehingga peluang untuk bertumbukan semakin besar. Sebagai contoh suatu larutan yang pekat mengandung partikel yang lebih rapat jika dibandingkan dengan larutan yang encer, sehingga lebih mudah dan lebih sering bertumbukan.
2. Suhu
Laju reaksi akan semakin meningkat dengan meningkatnya suhu reaksi. Kenaikan suhu akan menambah energi kinetik molekul-molekul, akibatnya molekul-molekul yang bereaksi menjadi lebih aktif mengadakan tabrakan. Hal ini terjadi karena gerakan-gerakan molekul semakin cepat pada temperatur yang lebih tinggi.
Berdasarkan penelitian, pada umumnya setiap kenaikan suhu 10oC laju reaksi akan meningkat menjadi dua kali lipat. Secara matematis hubungan laju reaksi dengan suhu reaksi dapat dirumuskan sebagai berikut:
Contoh soal :
a. Berapa kali laju reaksi akan meningkat apabila suhu dinaikkan dari 20oC menjadi 60oC?
Jawab :
Kenaikan suhu = 60oC - 20oC = 40oC
Vt=. Vo = 24 . Vo = 16 Vo
Laju reaksi meningkat 16 kali dibandingkan dengan laju reaksi semula
b. Suatu reaksi berlangsung 8 jam pada suhu 30oC. Jika suhu diubah menjadi 80oC, berapa lama reaksi itu berlangsung ?
Jawab :
Kenaikan suhu = 80oC - 30oC = 50oC
Vt =. Vo = 25 . Vo = 32 Vo
Lama reaksi = 8/32 jam = 1/4 jam atau 15 menit
3. Luas Permukaan Bidang sentuh
Pada pembahasan sebelumnya dijelaskan bahwa reaksi kimia terjadi karena tumbukan yang efektif antar partikel zat reaktan. Terjadi tumbukan berarti adanya bidang yang bersentuhan (bidang sentuh). Jika permukaan bidang sentuh semakin luas, akan sering terjadi tumbukan dan menghasilkan zat produk yang semakin banyak sehingga laju reaksi semakin besar. Oleh karena itu untuk meningkatkan laju reaksi salah satu caranya dengan menambah luas permukaan bidang sentuh zat reaktan.
Untuk menambah luas permukaan bidang sentuh zat reaktan adalah dengan mengubah ukuran zat reaktan menjadi lebih kecil. Misalnya saja kapur dalam bentuk serbuk lebih cepat bereaksi dengan HCl encer, dibandingkan kapur dalam bentuk bongkahan. Kapur dalam bentuk serbuk mempunyai luas permukaan bidang sentuhyang lebih besar dibandingkan dengan kapur berbentuk bongkahan.
4. Katalis
Katalis adalah zat yang dapat mempercepat laju reaksi tetapi tidak mengalami perubahan
kimia yang permanen.Dalam skala industri kimia katalis akan mempercepat laju reaksi tanpa
menimbulkan produk yang tidak diinginkan. Salah satu eksperimen di laboratorium kimia
adalah pembuatan gas O2 dengan cara memenaskan kalium klorat (KCLO3)
menurut reaksi :
2 KClO3 (s) → 2 KCl (s) + 3O2 (g)
Jika hanya KClO3 saja yang dipanaskan, maka gas O2 lambat terbentuk dan harus pada suhu yang cukup tinggi. Tetapi jika sedikit batu kawi (MnO2) ditambahkan ke dalam KClO3, baru kemudian dipanaskan, ternyata gas O2 cepat terbentuk pada suhu yang relatif rendah. MnO2sama sekali tidak menyumbangkan oksigen sebab gas O2 yang terbentuk semata-mata berasal dari penguraian KClO3.
Pada akhir reaksi MnO2 tetap ditemukan dalam tabung dengan jumlah yang tidak berubah. Contoh penggunaan katalis yang lainnya adalah pada proses kontak (pembuatan asam sulfat) digunakan katalis V2O5 (vanadium) dan pada proses Haber-Bosch ( pembuatan amonia) digunakan katalis serbuk Fe (besi).
Telah kita ketahui bersama bahwa makin besar konsentrasi (kepekatan) suatu larutan, makin besar pula laju reaksinya. Bilangan pangkat eksponensial yang menyatakan bertambahnya laju reaksi akibat naiknya konsentrasi disebut orde reaksi (tingkat reaksi). Harga orde reaksi hanya bisa ditentukan melalui eksperimen atau percobaan.
Jika konsentrasi suatu zat dinaikkan sebanyak a kali, dan ternyata laju reaksi bertambah sebanyak b kali, maka orde reaksi terhadap zat itu adalah ax = b dengan x adalah orde reaksinya. Perhatikan contoh-contoh berikut :
1. Jika konsentrasi zat A dinaikkan 2 kali dan laju reaksi meningkat 8 kali maka
orde reaksi terhadap zat A adalah 3 karena 2/3 = 8
2. Jika konsentrasi zat B dinaikkan 3 kali dan laju reaksi meningkat 9
kali maka orde reaksi terhadap zat B adalah 2 karena 3/2 = 9
3. Jika konsentrasi zat C dinaikkan 4 kali dan laju reaksi meningkat 2
kali, maka orde reaksi terhadap zat C adalah 1/2 karena = 2
4. Jika konsentrasi zat D dinaikkan 6 kali dan ternyata laju reaksi
tetap, maka orde reaksi terhadap zat D adalah 0
Perhatikan reaksi A + B → C + D , Laju reaksi ditentukan oleh konsentrasi pereaksi, yaitu konsentrasi A dan konsentrasi B. Persamaan laju reaksinya dapat kita tuliskan sebagai berikut :
V = k [H2]x [NO]y
Keterangan:
V = laju reaksi [A] = konsentrasi A [B] = konsentrasi B
k = tetapan laju reaksi x = orde reaksi terhadap A y = orde reaksi terhadap B
Orde reaksi total = x + y
Konsentrasi suatu zat dinyatakan dalam satuan molar (M), yaitu jumlah mol zat terlarut dalam setiap liter (dm3) larutan. Jika dalam 5 liter larutan terlarut 2 mol zat, maka konsentrasi larutan adalah molar atau 0,4 molar (0,4 M).
Cara menghitung orde reaksi :
Nomor Percobaan | [A] molar | [B] molar | Laju reaksi molar/detik |
---|---|---|---|
1 | 0,01 | 0,20 | 0,02 |
2 | 0,02 | 0,20 | 0,08 |
3 | 0,03 | 0,20 | 0,18 |
4 | 0,03 | 0,40 | 0,36 |
[A] (mol/L) | [B] (mol/L) | Laju (mol L-1s-1) |
---|---|---|
0,1 | 0,05 | 20 |
0,3 | 0,05 | 180 |
0,1 | 0,20 | 320 |